74. Dan kepada Luth, kami Telah berikan hikmah dan ilmu, dan Telah kami selamatkan dia dari (azab yang Telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji[965]. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik,
75. Dan kami masukkan dia ke dalam rahmat Kami; Karena Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang saleh
Tadabbur
Kisah Nabi Luth sering diulas sehubungan dengan merebaknya perilaku homoseksual di berbagai belahan bumi. Hampir-hampir kisah tentang Nabi Luth diidentikkan dengan azab bagi perilaku penyimpangan seksual tersebut.
Ayat 74 tersebut di atas mengungkap kisah lebih detail tentang Nabi Luth, yaitu beliau adalah seorang lelaki yang oleh Allah telah dianugerahi kelebihan berupa hikmah (hukman) dan ilmu (ilman). Ayat ini memberikan gambaran kepada kita seperti apa sosok Nabi Luth. Seorang Nabi dan Rasul yang sudah barang tentu adalah orang yang ahli ibadah, khusyu', dan berjiwa pemimpin. Memiliki 4 sifat rasul, yaitu siddiq (jujur, selalu berkata benar), amanah (tidak pernah perkhianat kepada makhluk,apalagi kepada manusia), tabligh (menyampaikan wahyu yang diterima dari Allah kepada umatnya), dan fathonah (cerdas, memiliki kompetensi berfikir tebaik dibandingkan manusia lain di zamannya). Selain sifat-sifat tersebut ada sifat menonjol lain yang merupakan anugerah Allah kepadanya, yaitu hikmah, artinya beliau seorang yang bijak, baik dalam berfikir, berkata-kata, memutuskan sesuatu, mencari solusi atas segala masalah, dan sebagainya. Sikap hikmah, bijak selalu menyertai beliau. Allah menegaskan bahwa sikap mulia itu adalah anugerah, bukan semata-mata hasil jerih payah atau pemberian dari orangtua atau gurunya. Dia adalah talenta dan bakat yang telah bersemayam dalam diri Luth sejak kecil.
Sifat yang kedua adalah ilm atau berilmu. Sifat inipun ditegaskan Allah adalah anugerah dari-Nya.
(bersambung)
Rabu, 04 Juni 2008
Selamat Datang
Alhamdulillah. Selamat datang di blog kami. Blog sederhana yang dibangun dari keinginan besar untuk selalu dekat dengan Al Qu'an dengan cara memperbanyak tadabbur ayat-ayatnya. Tadabbur adalah merenungkan ayat-ayat qouliyah Allah SWT yang telah diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Al Qu'an memiliki sedemikian banyak keistimewaan dan kemuliaan, disamping merupakan sumber solusi dan inspirasi dalam seluruh aspek kehidupan. Tadabbur bisa dilakukan oleh setiap muslim, bahkan non muslim sekalipun bisa melakukannya jika mau. Tadabbur akan membuka hati, jiwa dan akal manusia. Tadabbur seringkali menjadi awal turunnya hidayah dan ilham dari Allah kepada hamba-Nya. Tadabbur memberikan kenyamanan pikir dan jiwa untuk menumbuhkan kebaikan-kebaikan yang telah dianugerahkan Allah dalam diri semua manusia. Memang harus diakui, tadabbur dipengaruhi oleh pengalaman dan visi hidup seseorang. Namun dengan tadabbur akan terbangun pengalaman-pengalaman baru yang mengasah hidup seseorang. Memacu motivasi dan mengarahkan visi kehidupannya. Karena tadabbur adalah upaya aktif dan bukti kesungguhan hamba mengenal dan mendekat kepada Tuhannya dengan cara memfungsikan akal, jiwa dan hatinya.
Ada berbagai pihak yang mengkhawatirkan kegiatan tadabbur mengantarkan pelakunya pada pemahaman yang salah tentang isi Al Qur'an, atau agama Islam secara luas. Bahkan ada yang sangat ketakutan mentadabburinya dengan alasan terjerumus kepada aliran sesat. Kekhawatiran ini tentu baik karena sesungguhnya didasari oleh keinginan untuk tetap berada di koridor yang lurus sebagai bentuk upaya memegang teguh Islam. Kekhawatiran yang mesti dijaga sedemikian rupa. Namun tentu menjadi kurang baik jika dilakukan berlebihan. Bagaimanapun Allah memerintahkan umat Muhammad untuk membaca dan memahami isi Al-Qur'an. Adalah menjadi mustahil manakala tidak melakukan tadabbur sama sekali terhadap ayat-ayat yang sedang dibaca. Akal manusia dianugerahkan oleh Allah dengan sebuah karakter yang khas, yaitu daya kritis dan memberikan respon terhadap rangsangan apapun yang sampai kepadanya. Membaca al Qur'an ataupun terjemahannya sesungguhnya adalah rangsangan Robbaniyah. Akal akan memberikan respon sesuai kelebihan yang dianugerahkan Allah kepada akal seseorang. Oleh karenanya kekhawatiran tersebut di atas menjadi tidak tepat jika kemudian menghalangi seseorang untuk melakukan tadabbur. Ada berbagai kiat untuk menjaga agar tadabbur membuahkan hasil yang selaras dengan kaidah-kaidah keimanan, keislaman dan ketaqwaan. Diantaranya dengan saling berbagi hasil tadabbur kepada orang lain. Selain bermanfaat bagi orang lain, pemahaman dan 'ilmu' baru hasil tadabbur juga akan diluruskan jika dipandang kontroversial atau melenceng dari kaidah-kaidah yang sudah baku. Di era cybermedia seperti saat ini saling berbagi bisa dilakukan melalui sarana internet baik berbentuk milis, tanya jawab dalam website, atau publikasi dengan blog seperti ini. Atau sarana tradisonal pun mudah dijumpai dalam bentuk majelis ta'lim, dialog di media elektronik, datang kepada ustadz tertentu, dan sebagainya. Pendek kata tadabbur tetap muda dan aman dilakukan sehingga tidak perlu merasa khawatir terjadi hal-hal yang menyesatkan.
Bahkan kalau boleh jujur, kebiasaan atau bisa jadi prinsip untuk tidak berhubungan dengan Al-Qur'an dengan cara tidak mau mentadabburi ayat-ayat Allah yang disucikan-Nya, secara tidak sadar akan memudahkan seseorang terjerumus kepada arah yang menyesatkan dalam beragama dan dalam hidup. Karena seseorang yang tidak melakukan tadabbur, hati, jiwa dan akalnya akan jauh dari Al Qur'an dan jauh dari Allah. Sedangkan seseorang yang membiasakan dan menjadwalkan diri untuk tadabbur akan lebih banyak berinteraksi dengan Allah melaui wahyu-Nya, al-Qur'an. Maka tentu saja lebih sering berinteraksi dengan Al Qur'an lebih baik daripada tidak. Oleh karena itu mari kita semua membiasakan diri untuk memperbanyak tadabbur ayat-ayat Al Qur'an. Semoga Allah membuka hati, jiwa dan akal kita, serta selalu menolong kita berada di jalan yang lurus menuju ridho-Nya. Amin.
Ada berbagai pihak yang mengkhawatirkan kegiatan tadabbur mengantarkan pelakunya pada pemahaman yang salah tentang isi Al Qur'an, atau agama Islam secara luas. Bahkan ada yang sangat ketakutan mentadabburinya dengan alasan terjerumus kepada aliran sesat. Kekhawatiran ini tentu baik karena sesungguhnya didasari oleh keinginan untuk tetap berada di koridor yang lurus sebagai bentuk upaya memegang teguh Islam. Kekhawatiran yang mesti dijaga sedemikian rupa. Namun tentu menjadi kurang baik jika dilakukan berlebihan. Bagaimanapun Allah memerintahkan umat Muhammad untuk membaca dan memahami isi Al-Qur'an. Adalah menjadi mustahil manakala tidak melakukan tadabbur sama sekali terhadap ayat-ayat yang sedang dibaca. Akal manusia dianugerahkan oleh Allah dengan sebuah karakter yang khas, yaitu daya kritis dan memberikan respon terhadap rangsangan apapun yang sampai kepadanya. Membaca al Qur'an ataupun terjemahannya sesungguhnya adalah rangsangan Robbaniyah. Akal akan memberikan respon sesuai kelebihan yang dianugerahkan Allah kepada akal seseorang. Oleh karenanya kekhawatiran tersebut di atas menjadi tidak tepat jika kemudian menghalangi seseorang untuk melakukan tadabbur. Ada berbagai kiat untuk menjaga agar tadabbur membuahkan hasil yang selaras dengan kaidah-kaidah keimanan, keislaman dan ketaqwaan. Diantaranya dengan saling berbagi hasil tadabbur kepada orang lain. Selain bermanfaat bagi orang lain, pemahaman dan 'ilmu' baru hasil tadabbur juga akan diluruskan jika dipandang kontroversial atau melenceng dari kaidah-kaidah yang sudah baku. Di era cybermedia seperti saat ini saling berbagi bisa dilakukan melalui sarana internet baik berbentuk milis, tanya jawab dalam website, atau publikasi dengan blog seperti ini. Atau sarana tradisonal pun mudah dijumpai dalam bentuk majelis ta'lim, dialog di media elektronik, datang kepada ustadz tertentu, dan sebagainya. Pendek kata tadabbur tetap muda dan aman dilakukan sehingga tidak perlu merasa khawatir terjadi hal-hal yang menyesatkan.
Bahkan kalau boleh jujur, kebiasaan atau bisa jadi prinsip untuk tidak berhubungan dengan Al-Qur'an dengan cara tidak mau mentadabburi ayat-ayat Allah yang disucikan-Nya, secara tidak sadar akan memudahkan seseorang terjerumus kepada arah yang menyesatkan dalam beragama dan dalam hidup. Karena seseorang yang tidak melakukan tadabbur, hati, jiwa dan akalnya akan jauh dari Al Qur'an dan jauh dari Allah. Sedangkan seseorang yang membiasakan dan menjadwalkan diri untuk tadabbur akan lebih banyak berinteraksi dengan Allah melaui wahyu-Nya, al-Qur'an. Maka tentu saja lebih sering berinteraksi dengan Al Qur'an lebih baik daripada tidak. Oleh karena itu mari kita semua membiasakan diri untuk memperbanyak tadabbur ayat-ayat Al Qur'an. Semoga Allah membuka hati, jiwa dan akal kita, serta selalu menolong kita berada di jalan yang lurus menuju ridho-Nya. Amin.
Langganan:
Postingan (Atom)