Selasa, 01 Juli 2008

Ampunan dan Doa (42:25-26)

Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan, (42:25)

dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang saleh dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. Dan orang-orang yang kafir bagi mereka azab yang sangat keras. (42:26)

Inilah sebagian ayat yang membicarakan tentang ampunan dan doa. Topik tentang ampunan dan doa adalah topik sangat penting, karena menyangkut nasib manusia di akhirat dan juga nasib di dunia. Bagaimana tidak, harapan utama di akhirat adalah agar dosa dan kesalahan selama hidup di dunia diampuni oleh Allah. Betapapun besarnya dosa dan maksiat seseorang, ampunan selalu menjadi harapan besarnya. Dan Allah telah menjanjikan ampunan kepada hamba-hamba-Nya yang bertaubat.
Sedangkan Doa adalah sebuah harapan yang disandarkan kepada Allah dengan sebuah keyakinan bahwa Allah akan memudahkan orang yang berdoa mencapai harapannya.
Isi doa sangat beragam. Bisa berhubungan dengan kehidupan akhirat, bisa juga berhubungan dengan kehidupan dunia. Bahkan bisa jadi doa yang berhubungan dengan kehidupan dunia lebih dominan dibandingkan dengan akhirat. Karena doa tentang sesuatu yang berhubungan dengan akhirat sangat dipengaruhi oleh keimanan seseorang, terutama keimanan tentang kehidupan akhirat yang abadi, tentang siksa neraka dan surga, dan tentang kematian. Pendek kata seseorang yang sedang berada dalam gelimang dunia sehingga membuatnya lupa kepada Allah dan kehidupan akhiratnya, lebih sering lupa berdoa untuk kehidupan akhiratnya.
Sebaliknya doa yang berhubungan dengan kehidupan dunia lebih sering dilantunkan, baik dilantunkan dengan bibirnya setelah shalat atau waktu-waktu yang lain, ataupun dilantunkan dalam hati pada waktu-waktu utama untuk berdoa dan bahkan di setiap waktu. Belum lagi pada umumnya manusia lebih mudah mengenali problem yang berhubungan dengan dunia dibandingkan dengan problem yang berhubungan dengan akhirat. Maka tidak aneh jika doa yang berhubungan dengan dunia lebih dominan dilantunkan seseorang dibandingkan doa yang berhubungan dengan akhirat.
Itulan Ampunan dan Doa yang sesunggunya merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Dua ayat tersebut di atas berbicara tentang dua hal ini sehingga karenanya menarik untuk diulas dan ditadabburi. Pemahaman yang benar tentang kedua ayat diharapkan bisa menjadi motivasi bagi seseorang untuk menggapai kehidupannya yang dipenuhi dengan ketenangan jiwa dan kebahagiaan yang sebenarnya serta beroleh keselamatan di akhirat kelak. Apapun peristiwa yang menimpanya bisa membuatnya tetap dalam ketenangan dan kebahagiaan, sebab sesungguhnya ketenangan dan kebahagiaan itu adalah bagaimana sikap kita terhadap peristiwa yang terjadi, bukan karena seberapa besar peristiwa itu.
Ayat 25 Surat 42 (As-Syura) langsung menyatakan bahwa Allah menerima taubat dan mengampuni kesalahan-kesalahan. Sebuah pernyataan yang sangat motivatif agar manusia optimis bahwa dia diterima Allah dan tidak dibiarkan atau bahkan ditolak oleh Allah. Secara psikis tentu manusia akan memiliki positif thingking kepada Allah. Padahal sebagaimana sebuah hadits qudsi menyatakan bahwa "Ana 'inda dzonni abdi bii", Aku (Allah) tergantung dari persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Ibarat seseorang yang datang dari perjalanan melelahkan kemudai tiba-tiba melihat sebuah istana megah, dan di sana ada sebuah tulisan besar yang menyatakan bahwa "siapapun Anda yang melihat istana ini, silakan mampir sejenak untuk menikmati keindahannya tanpa dipungut biaya". Maka orang tersebut tak ada kehendak lain kecuali segera sampai di istana itu. Betapa sangat indah dan sejuk Allah mengawali ayat ini untuk menumbuhkan harapan besar akan diampuninya dosa dan kesalahan sebesar apapun dosa dan kesalahan itu.
Retorika ayat ini juga sedemikian mengesankan, karena memberikan jalan keluar dari keputusasaan para ahlul ma'ashy (ahli ma'siat) yaitu apabila mereka menginginkan ampunan yang begitu mudah, maka caranya tidak rumit, hanya dengan bertaubat kepada Allah. Maka Allah akan menerima taubatnya dan mengampuni kesalahannya. Taubat perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh. Bukannya berpura-pura hanya untuk menipu Allah dan manusia. Manusia boleh tertipu oleh perbuatan seseorang termasuk yang hanya berpura-pura taubat, tapi Allah tidak. Hal ini dinyatkan dalam akhir ayat 25 ini, bahwa Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Sebaik apapun perbuatan seseorang atau seburuk apapun perbuatan seseorang sudah pasti Allah mengetahuinya, sebagaimana sebaik apapun atau seburuk apapun niat seseorang untuk melakukan berbagai perbuatan, maka Allah mengetahuinya dengan jelas dan detil. Allah telah menyatakan bahwa Dia menerima taubat dan mengampuni kesalahan manusia. Pernyataan ini sungguh tidak terlepas dari pengetahuan Allah akan kehidupan manusia. Bahwa bentuk-bentuk perbuatan dosa dan kekejaman manusia telah diketahui Allah seluruhnya, sejak dari manusia pertama sampai manusia terakhir. Tidak satupun jenis kemaksiatan dan perbuatan hina manusia yang pernah dan akan hidup nanti, yang tidak diketahui secara pasti oleh Allah. Kalaupun pada zaman ini ada kelakuan bejat manusia yang sama sekali tidak terbayangkan oleh umat terdahulu misalnya, maka itupun sudah diketahui oleh Allah. Dan terhadap perbuatan-perbuatan seperti itu, semuanya, Allah telah menjanjikan taubat dan ampunan. Maha Suci Allah yang Maha Pengampun. Maka hendaklah taubat dan ampunan ini menjadi inspirasi besar bagi manusia untuk tidak pernah putus asa bertaubat kepada Allah dan mohon ampun atas semua dosa.

"dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang saleh dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. Dan orang-orang yang kafir bagi mereka azab yang sangat keras. (42:26)"

Ayat ini menegaskan tentang doa. Disebutkan bahwa Allah memperkenankan doa orang beriman dan beramal shalih, bahkan tidak hanya itu, Allah menambahkan bagi mereka karunia-Nya, termasuk pahala. Ayat ini menjelaskan bahwa dikabulkannya doa adalah kekuasaan dan kehendak Allah. Dan Allah menjanjikan bahwa doa orang mukmin dan yang beramal saleh akan dikabulkan. Ayat ini sekali lagi berbicara tentang 'kelayakan' hamba untuk menerima karunia Allah. Sesungguhnya 'kelayakan' ini mutlak milik Allah tanpa syarat, namun Allah yang Maha Bijaksana memberikan tuntunan kepada manusia tentang bagaimana mencapai 'kelayakan' itu menurut ukuran manusia. Maka tuntunan itu adalah dengan menanamkan keimanan dalam diri dan beramal saleh dengan landasan iman dan tuntunan wahyu-Nya.
Inilah ibroh yang seharusnya diambil dalam hubungan hamba dan Robbnya. Ibroh tentang bagaimana ber-tawazun (menyeimbangkan) dan memahami keberadaan Allah yang Maha Kuasa dan manusia yang secara fitrah memahami seluruh kejadian yang menimpanya dengan rasionalitas akalnya. Bahwa di satu sisi Kekuasaan Allah itu mutlak tanpa syarat meliputi kehidupan dunia dan akhirat seluruh makhluk, termasuk manusia. Di sisi lain manusia yang dikarunia Akal oleh Allah juga diperintahkan untuk menggunakan akalnya mentadabburi Nash Qouliyah dan alam kauny yang ada di sekitarnya. Nash Qouly adalah tuntunan langsung dari Allah melalui Rasul-Nya kepada hamba-Nya, manusia. Ayat Kauny juga sesunggunya tuntunan Allah kepada manusia, namun manusia harus memanfaatkan akalnya agar bisa mengambil pelajaran dan fenomena alam.
Selain dikabulkannya doa, ayat ini juga memberitahukan tentang karunia tambahan bagi orang mukmin dan beramal shalih dari Allah SWT. Saat-saat seorang hamba merasakan doanya sedang dikabulkan Allah adalah saat yang sangat membahagiakan. Namun Allah menambahkan kepada mukmin dan beramal shalih karunia lain yang melebihi apa yang dimintanya.

Rabu, 04 Juni 2008

Tadabbur QS al Anbiya 74-75 (Nabi Luth)

74. Dan kepada Luth, kami Telah berikan hikmah dan ilmu, dan Telah kami selamatkan dia dari (azab yang Telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji[965]. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik,
75. Dan kami masukkan dia ke dalam rahmat Kami; Karena Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang saleh

Tadabbur
Kisah Nabi Luth sering diulas sehubungan dengan merebaknya perilaku homoseksual di berbagai belahan bumi. Hampir-hampir kisah tentang Nabi Luth diidentikkan dengan azab bagi perilaku penyimpangan seksual tersebut.

Ayat 74 tersebut di atas mengungkap kisah lebih detail tentang Nabi Luth, yaitu beliau adalah seorang lelaki yang oleh Allah telah dianugerahi kelebihan berupa hikmah (hukman) dan ilmu (ilman). Ayat ini memberikan gambaran kepada kita seperti apa sosok Nabi Luth. Seorang Nabi dan Rasul yang sudah barang tentu adalah orang yang ahli ibadah, khusyu', dan berjiwa pemimpin. Memiliki 4 sifat rasul, yaitu siddiq (jujur, selalu berkata benar), amanah (tidak pernah perkhianat kepada makhluk,apalagi kepada manusia), tabligh (menyampaikan wahyu yang diterima dari Allah kepada umatnya), dan fathonah (cerdas, memiliki kompetensi berfikir tebaik dibandingkan manusia lain di zamannya). Selain sifat-sifat tersebut ada sifat menonjol lain yang merupakan anugerah Allah kepadanya, yaitu hikmah, artinya beliau seorang yang bijak, baik dalam berfikir, berkata-kata, memutuskan sesuatu, mencari solusi atas segala masalah, dan sebagainya. Sikap hikmah, bijak selalu menyertai beliau. Allah menegaskan bahwa sikap mulia itu adalah anugerah, bukan semata-mata hasil jerih payah atau pemberian dari orangtua atau gurunya. Dia adalah talenta dan bakat yang telah bersemayam dalam diri Luth sejak kecil.
Sifat yang kedua adalah ilm atau berilmu. Sifat inipun ditegaskan Allah adalah anugerah dari-Nya.
(bersambung)

Selamat Datang

Alhamdulillah. Selamat datang di blog kami. Blog sederhana yang dibangun dari keinginan besar untuk selalu dekat dengan Al Qu'an dengan cara memperbanyak tadabbur ayat-ayatnya. Tadabbur adalah merenungkan ayat-ayat qouliyah Allah SWT yang telah diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Al Qu'an memiliki sedemikian banyak keistimewaan dan kemuliaan, disamping merupakan sumber solusi dan inspirasi dalam seluruh aspek kehidupan. Tadabbur bisa dilakukan oleh setiap muslim, bahkan non muslim sekalipun bisa melakukannya jika mau. Tadabbur akan membuka hati, jiwa dan akal manusia. Tadabbur seringkali menjadi awal turunnya hidayah dan ilham dari Allah kepada hamba-Nya. Tadabbur memberikan kenyamanan pikir dan jiwa untuk menumbuhkan kebaikan-kebaikan yang telah dianugerahkan Allah dalam diri semua manusia. Memang harus diakui, tadabbur dipengaruhi oleh pengalaman dan visi hidup seseorang. Namun dengan tadabbur akan terbangun pengalaman-pengalaman baru yang mengasah hidup seseorang. Memacu motivasi dan mengarahkan visi kehidupannya. Karena tadabbur adalah upaya aktif dan bukti kesungguhan hamba mengenal dan mendekat kepada Tuhannya dengan cara memfungsikan akal, jiwa dan hatinya.
Ada berbagai pihak yang mengkhawatirkan kegiatan tadabbur mengantarkan pelakunya pada pemahaman yang salah tentang isi Al Qur'an, atau agama Islam secara luas. Bahkan ada yang sangat ketakutan mentadabburinya dengan alasan terjerumus kepada aliran sesat. Kekhawatiran ini tentu baik karena sesungguhnya didasari oleh keinginan untuk tetap berada di koridor yang lurus sebagai bentuk upaya memegang teguh Islam. Kekhawatiran yang mesti dijaga sedemikian rupa. Namun tentu menjadi kurang baik jika dilakukan berlebihan. Bagaimanapun Allah memerintahkan umat Muhammad untuk membaca dan memahami isi Al-Qur'an. Adalah menjadi mustahil manakala tidak melakukan tadabbur sama sekali terhadap ayat-ayat yang sedang dibaca. Akal manusia dianugerahkan oleh Allah dengan sebuah karakter yang khas, yaitu daya kritis dan memberikan respon terhadap rangsangan apapun yang sampai kepadanya. Membaca al Qur'an ataupun terjemahannya sesungguhnya adalah rangsangan Robbaniyah. Akal akan memberikan respon sesuai kelebihan yang dianugerahkan Allah kepada akal seseorang. Oleh karenanya kekhawatiran tersebut di atas menjadi tidak tepat jika kemudian menghalangi seseorang untuk melakukan tadabbur. Ada berbagai kiat untuk menjaga agar tadabbur membuahkan hasil yang selaras dengan kaidah-kaidah keimanan, keislaman dan ketaqwaan. Diantaranya dengan saling berbagi hasil tadabbur kepada orang lain. Selain bermanfaat bagi orang lain, pemahaman dan 'ilmu' baru hasil tadabbur juga akan diluruskan jika dipandang kontroversial atau melenceng dari kaidah-kaidah yang sudah baku. Di era cybermedia seperti saat ini saling berbagi bisa dilakukan melalui sarana internet baik berbentuk milis, tanya jawab dalam website, atau publikasi dengan blog seperti ini. Atau sarana tradisonal pun mudah dijumpai dalam bentuk majelis ta'lim, dialog di media elektronik, datang kepada ustadz tertentu, dan sebagainya. Pendek kata tadabbur tetap muda dan aman dilakukan sehingga tidak perlu merasa khawatir terjadi hal-hal yang menyesatkan.
Bahkan kalau boleh jujur, kebiasaan atau bisa jadi prinsip untuk tidak berhubungan dengan Al-Qur'an dengan cara tidak mau mentadabburi ayat-ayat Allah yang disucikan-Nya, secara tidak sadar akan memudahkan seseorang terjerumus kepada arah yang menyesatkan dalam beragama dan dalam hidup. Karena seseorang yang tidak melakukan tadabbur, hati, jiwa dan akalnya akan jauh dari Al Qur'an dan jauh dari Allah. Sedangkan seseorang yang membiasakan dan menjadwalkan diri untuk tadabbur akan lebih banyak berinteraksi dengan Allah melaui wahyu-Nya, al-Qur'an. Maka tentu saja lebih sering berinteraksi dengan Al Qur'an lebih baik daripada tidak. Oleh karena itu mari kita semua membiasakan diri untuk memperbanyak tadabbur ayat-ayat Al Qur'an. Semoga Allah membuka hati, jiwa dan akal kita, serta selalu menolong kita berada di jalan yang lurus menuju ridho-Nya. Amin.